Ketika anda memilih paket wisata Labuan Bajo tentu perlu persiapan matang terutama dari hal budget sehingga tidak heran setiap wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo sudah menyiapkan budget khusus untuk membeli cinderamata. Berbagai cinderamata yang tidak ketinggalan diincar oleh wisatawan adalah patung komodo, kain tenun dan kain ikat songket. Memang rasanya kurang lengkap apabila berkunjung ke Labuan Bajo namun tidak membeli cinderamata.
Cinderamata setiap daerah wisata memiliki nilai khas tersendiri begitu pun dengan Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo. Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo tidak jauh berbeda dengan kain tenun khas Lombok, namun perbedaan mendasar terdapat pada motif kain dan warna yang diaplikasikan.
Berikut ini kami akan memberikan informasi kepada anda mengenai Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo agar menambah wawasan seputar cinderamata dari Labuan Bajo.
Sejarah Songket khas Labuan Bajo
Songket yang biasa disebut oleh masyarakat Labuan Bajo dengan Songke (tanpa akhiran huruf t). Pada mulanya sekitar tahun 1613 – 1640 M kerajaan Gowa Sulawesi Selatan pernah berkuasa hampir seluruh wilayah Manggarai Raya yang berada di Pulau Flores bagian barat. Manggarai Raya saat ini terbentuk 3 kabupaten yakni Kabupaten Manggarai Timur dengan ibu kota Larantuka, Kabupaten Manggarai dengan ibu kota Ruteng, dan Kabupaten Manggarai Barat dengan ibu kota Labuan Bajo.
Pertemuan dengan berbagai macam kepentingan budaya kala itu sehingga melahirkan sesuatu yang baru bagi kebudayaan Manggarai Raya, seperti rumah kayu panggung sebagai ciri khas daerah pesisir Labuan Bajo dan dalam hal berbusana. Budaya busana dari Masyarakat Gowa yang dibawa ke Manggarai Raya sehingga menghasilkan busana yang dikenal dengan Songket atau Songke.
Ukuran Songket khas Labuan Bajo
Songket khas Labuan bajo memiliki ukuran yang berbeda-beda tergantung jenis dari Songket itu sendiri, seperti:
- Sarung Songket dengan ukuran panjang 135 x lebar 170 cm.
- Selendang atau Syal Songket dengan ukuran mulai 14 cm x 100 cm.
- Baju Songket dengan ukuran M, L, S, XL, dan XXL.
- Rok Songket dengan ukuran M, L, S, XL, dan XXL.
- Peci Songket dengan ukuran 20 cm.
Makna Songket khas Labuan Bajo
Apabila menelusuri sejarah penggunaan Songket di tanah Manggarai Raya ketika Kerajaan Gowa menguasai wilayah Manggarai Raya. Kala itu, Songket dipakai oleh orang-orang tertentu atau memiliki kedudukan yang lebih tinggi seperti bangsawan. Orang Manggarai menyebut bangsawan dengan sebutan kraeng atau tuan, yang dalam bahasa Gowa disebut juga dengan daeng.
Kaum bangsawan kala itu, menganggap bahwa Songket merupakan wengko weki (kain pelindung tubuh). Anggapan sesuai dengan fungsi Songket yang digunakan untuk melindungi tubuh agar tubuh tetap dalam kondisi baik, tahan dari kondisi dingin dan panas. Songket dapat dikatakan sebagai jejak budaya peninggalan Kerajaan Gowa di Manggarai Raya.
Mengenal Kain Ikat Songket Labuan Bajo
Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo merupakan kain yang terbuat dari proses menenun. Dengan menggunakan bahan benang yang berwarna mencolok sehingga terlihat lebih glamor saat dikombinasikan dengan pakaian formal lainnya seperti pakaian formal untuk upacara adat, wisuda, pernikahan, acara adat, dan tidak kalah menariknya dikenakan saat melakukan traveling.
Baca Juga: Mengenal Baju Adat Suku Sasak
Penggunaan Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo biasanya digunakan dibagian kepala dan pinggang dengan menyambungkan antara ujung kedua kain kemudian diikat. Bisa juga digunakan di bagian leher sebagai pengganti slayer atau sebagai pelindung ketika suhu dingin. Tetapi tidak jarang juga ada yang mengingat Kain Ikat Songket pada bagian tas yang biasa digunakan ketika traveling.
Motif Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo
Ketika anda ingin memilih kain batik tentu motif menjadi pertimbangan utama anda, bukan? Karena motif memegang peran penting dalam sebuah busana sehingga tidak heran Songket memiliki motif tersendiri sebagai ciri khas dan keunikannya. Sama halnya dengan Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo yang memiliki berbagai macam motif seperti motif kawung, ranggong atau laba-laba, su’i, wela runu, jok, mata manuk, dan lain-lain. Setiap motif yang digunakan tersebut memiliki makna tersendiri.
Harga Kain Ikat Songket Labuan Bajo
Pembuatan Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo diperuntungkan untuk wisatawan yang ingin membeli kain tenun namun dengan harga yang cukup terjangkau. Seperti yang diketahui bahwa kain Songket khas Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur, baik berbentuk sarung atau selendang biasanya ditawar dengan harga 1 jutaan keatas. Dengan harga yang ditawar tersebut tidak semua wisatawan mampu membelinya.
Dengan demikian maka dibuat Kain Ikat Songket yang berbentuk seperti syar dengan harga yang ditawar berkisar dari 75 ribuan tergantung ukuran, lebar, ketebalan, warna, serta motif yang digunakan. Tentu hal ini memberi kemudahan bagi wisatawan dari setiap kalangan karena dapat membeli kain tenun dengan harga terjangkau.
Lokasi Penenun Kain Ikat Songket Labuan Bajo
Seiring perkembangan zaman profesi sebagai penenun mulai ditinggalkan oleh sebagian besar generasi muda perempuan Manggarai Raya. Namun ada beberapa lokasi yang masih mempertahankan profesi menenun sebagai mata pencaharian. Lokasi yang masing banyak ditemui penenun Kain Ikat Songket adalah wilayah Kabupaten Manggarai Tengah yang meliputi Todo, Wae Rebo, Cibal, dan Borik.
Wilayah tersebut masih memegang teguh terhadap falsafah hidup, bahwa seorang anak perempuan tidak bisa dinikahkan, apabila tidak mengerti atau mahir dalam menenun Songket atau Songke. Sehingga Perempuan asli Kabupaten Manggarai wajib hukumnya mengetahui cara menenun Songket. Hal ini sebagai salah satu cara untuk mempertahankan ciri khas Manggarai Raya sebagai daerah penghasil Songket di Labuan Bajo.
Demikian informasi mengenai Kain Ikat Songket khas Labuan Bajo. Semoga informasi diatas memberikan pengetahuan tambahan kepada anda tentang Labuan Bajo. Apabila Anda ke Labuan Bajo, tidak ada salahnya untuk menyempatkan diri membeli Kain Ikat Songket.