Baju Adat Suku Sasak – Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, tetapi hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan sebelum islam yang disebut dengan nama “Sasak Boda“.
Suku Sasak adalah etnis asli yang berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jumlah populasi etnis Sasak cukup banyak, yaitu sekitar 3 juta jiwa. Sebanyak 2,5 juta jiwa terkonsentrasi di Pulau Lombok. Sedangkan sekitar 500 ribu jiwa lainnya tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Lombok memiliki panorama yang indah dengan topografi pegunungan, serta pesona Gunung Rinjani dan serta wilayah pesisir dengan banyak pantai ekostis.
Beberapa kelompok orang Sasak masih hidup secara tradisional sesuai warisan tradisi secara turun-temurun nenek moyang mereka. Namun tak sedikit pula yang telah mengadaptasi cara hidup masyarakat modern. Salah satu permukim orang-orang Sasak terdapat di Desa Sade. Perkampungan ini berada di daerah Rambitan, tidak jauh dari pusat kota. Lokasi yang dihuni sekitar 700 orang asli Sasak ini sekaligus menjadi tujuan wisata untuk mengenal suku Sasak lebih dalam.
Dengan keragaman destinasi wisatanya, Lombok menjadi tempat yang sangat digemari oleh para pelancong yang ingin menikmati keindahan alam atau sekedar berfoto-foto. Untuk Anda yang ingin menikmati keindahan Pulau Lombok, sekarang tidak perlu pusing memikirkan masalah transportasi untuk mengunjungi semua destinasi yang ada, sebab ada banyak sekali jasa sewa mobil lepas kunci di Lombok yang bisa Anda gunakan. Jadi tunggu apa lagi? Segera rencanakan liburmu ke pulau satu ini.
Apa Itu Sasak?
Kata Sasak berasal dari kata “sak sak” yang artinya “satu satu”. Kaum wanita dari etnis Sasak dikenal pandai menenun. Mereka telah diajari keahlian menenun sejak usia dini, yaitu sekitar 9 atau 10 tahun. Perempuan yang pandai menenun akan dikategorikan sebagai wanita dewasa dan sudah siap menikah. Kegiatan menenun ini disebut sebagai Sesek. Kata sesek ini berasal dari kata “sesak” atau “sesek”. Menenun khas suku Sasak dilakukan dengan cara memasukkan benang satu-persatu yang disebut dengan sak sak.
Lalu benang tersebut dirapatkan hingga sesak dan padat. Proses ini dilakukan agar benang terbentuk menjadi kain. Caranya adalah dengan memukul-mukul alat tenun tradisional suku Sasak. Suara memukul-mukul itu terdengar seperti suara “sak sak”. Tahapan ini dilakukan sebanyak 2 kali ketika menenun. Uniknya, proses menenun yang menjadi kebanggan masyarakat asli Lombok inilah yang kemudian dijadikan nama suku atau etnis masyarakat.
Baca juga: 6 tips memilih kain batik yang Anda harus perhatikan, agar tidak salah pilih!
Apa Keyakinan Suku Sasak?
Mayoritas suku Sasak memeluk agama Islam. Selain itu, ada juga yang menganut agama Hindu, Budha, dan Animisme. Penduduk minoritas lainnya ada menganut kepercayaan kuno sebelum masuknya agama Islam, yaitu Boda. Kemudian sekitar 1% masyarakat Sasak menganut kepercayaan Islam yang agak berbeda, yaitu Wetu Telu.
Wetu Telu adalah kepercayaan dimana penganutnya hanya menjalankan 3 rukun Islam. Namun ketiga rukun Islam yang berupa membaca 2 kalimat syahadat, salat dan puasa ini hanya dijalankan oleh pemimpin agamanya. Kyai selaku pemimpin agama adalah sosok yang menghubungkan penganut Wetu Telu dengan Sang Maha Kuasa.
Penganut Wetu Telu masih mempercayai kekuatan gaib yang ada pada beberapa benda, roh suci dan nenek moyang. Kepercayaan ini hampir sama dengan suku Jawa yang masih menjalankan kepercayaan Kejawen bersamaan dengan agama yang dianut. Konon kepercayaan Wetu Telu terlahir karena para penyebar Islam di masa lampau berusaha memperkenalkan Islam secara bertahap kepada suku Sasak.
Selain menjalankan 3 rukun Islam, kesamaan lainnya dengan agama Islam yang umum dianut masyarakat Indonesia adalah doa-doa menggunakan bagasa Arab yang berasal dari Al-Qur’an. Para kyai juga berperan sebagai imam. Penganut Wetu Telu juga mempunyai masjid yang menjadi bagian penting dalam kepercayaan mereka.
Selain memiliki keunikan tersendiri dalam hal keyakinan dan menjadi tempat yang cukup digemari oleh para wisatawan mancanegara, ternyata Pulau Lombok juga terkenal dengan daerah penghasil kerajinan kulit di Indonesia selain Yogyakarta, Garut, Magetan dan Sidoardjo tentunya. Jika berkunjung ke Pulau Lombok jangan lewatkan untuk mendapatkan hasil kerajinan berbahan kulit buatan lokal ya Guys!
Baju Adat Suku Sasak
Pakaian adat Suku Sasak terbagi dalam dua bagian yakni pakaian adat untuk Wanita dan Laki-laki. Pakaian adat untuk Wanita disebut dengan pakaian Lambung dan pakaian adat pria disebut dengan pakaian Pegon. Kedua pakaian adat suku sasak ini memiliki karakteristik yang unik dan berbeda satu sama lainnya.
Pakaian ini biasanya digunakan pada waktu menyambut kedatangan tamu dan saat tengah melaksanakan upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau Nyongkol. Bentuk pakaiannya berupa model kerah berbentuk V yang diberi hiasan pada bagian gigir baju. Perlengkapan adat Sasak terdiri dari 6 bagian, baik untuk pakaian Wanita maupun pakaian Pria.
Pakaian Lambung Wanita
Pakaian Lambung adalah pakaian adat yang terdiri dari atasan yaitu baju berwarna hitam dengan kerah yang bentuknya menyerupai huruf V dan tanpa lengan. Sedangkan untuk bawahannya menggunakan kain panjang dengan motif bordir kotak-kotak atau segitiga di bagian tepi. Cara memakai kain bawahan dengan cara dibalutkan ke pinggang. Terdiri dari Pangkak, Tangkong, Tongkak, Lempot, Kereng dan Aksesoris.
Baca juga: Bahan pakaian yang sering menyebabkan alergi dan cara pengobatan alergi
Pangkak, merupakan mahkota emas berbentuk bunga cempaka dan mawar yang diselipkan di sela konde/sanggul. Tangkong, merupakan baju yang terbuat dari bahan beludru atau brokat berwarna gelap. Tongkak, merupakan kain sabuk panjang yang dililitkan pada pinggang dengan bagian ujung rumbai berada di sebelah kiri.
Lempot, merupakan kain tenun panjang dengan corak khas Lombok yang disampirkan di pundak sebelah kiri. Kereng, merupakan kain tenun songket khas Lombok yang dililitkan pada pinggang hingga sebatas mata kaki. Aksesoris, merupakan perlengkapan pendukung atau pelengkap seperti rantai perak ikat pinggang, giwang, kalung, dan sebagainya.
Pakaian Pegon Pria
Pegon yang berbentuk seperti jas merupakan wujud busana akulturasi, karena memiliki pengaruh dari tradisi Jawa dan juga Eropa. Percampuran ini dianggap sebagai lambang keagungan dan kesopanan. Biasanya pegon berwarna hitam polos. Pakaian ini terdiri dari Sapuk, Pegon, Dodot, Kain Wiro, Keris dan Selendang Umbak.
Cappuq atau Sapuk, merupakan mahkota yang ditaruh di atas kepala. Pegon, merupakan baju yang mendapat pengaruh adat Jawa dan mengadopsi model jas Eropa. Leang atau Dodot, merupakan kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Kain ini digunakan dengan cara melilitkannya di sekeliling pinggang, sehingga terlihat seperti ikat pinggang.
Kain dengan Wiro, merupakan kain yang digunakan sebagai penutup tubuh bagian bawah yang dililitkan dari pinggang hingga sebatas mata kaki dengan ujung tengah lurus menjuntai ke bawah. Keris, merupakan merupakan perlengkapan pendukung atau pelengkap yang biasanya disampirkan di pinggang.
Selendang Umbak, merupakan sabuk yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan kepeng bolong.
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan yang luar biasa banyak, bukan hanya kaya akan sumber daya alamnya, tapi juga kaya dengan keragaman suku yang memiliki adat, budaya serta penggunaan bahasa masing-masing. Pulau Lombok dengan Suku Sasaknya adalah satu diantaranya. Semoga tulisan singkat mengenai baju adat suku sasak ini menambah wawasan kita tentang kekayaan negeri kita tercinta dan senantiasa menjaga, melestariakn dan mengenalkannya pada Dunia.