Pakaian tidak sekedar untuk menutup bagian tubuh yang tidak boleh di perlihatkan menurut hukum agama atau norma. Namun dalam perkembangannya kain atau pakaian menjadi salah satu cabang seni yang juga mengarah kepada keindahan. Warna kain menjadi salah satu faktor yang memperindah karya seni tersebut, baik pewarna kain alami atau sintetis.
Metode pewarnaan atau pembuatan pola gambar dari kreasi seni busana juga menggunakan beragam cara atau metode, mulai dari yang canggih menggunakan printer khusus kain sampai pewarnaan dengan cara tradisional. Kedua cara tersebut bisa menghasilkan karya dengan karakter yang berbeda.
Pewarna Kain Alami
Bahan pewarna yang digunakan untuk pewarnaan kain memang menjadi salah satu hal yang selalu di eksperimenkan. Dengan memanfaatkan bahan alami untuk pewarnaan kain, maka kesan tradisional dari produk kain seperti batik menjadi lebih terasa. Adapun beberapa bahan alami untuk pewarna kain alami adalah sebagai berikut
1. Secang
Secang bisa Anda dapatkan dengan mudah di dapur rumah. Tanaman perdu ini menghasilkan warna merah dan biasa digunakan untuk bahan minuman atau makanan. Anda bisa menggunakan kayu secang yang di rebus untuk menghasilkan warna merah merona.
2. Tarum
Air rendaman daun tarum yang direndam semalam mampu menghasilkan warna biru tua secara alami. Daun dari tanaman yang tumbuh di Indonesia bagian barat ini bisa Anda gunakan sebagai baha pewarna kain alami. Sebagai pewarna biru alami dari tumbuhan, tarum sudah lama digunakan, terutama untuk pewarnaan kain denim.
3. Pinang
Jika Anda ingin pewarnaan merah secara alami, Anda bisa menggunakan pinang sebagai bahannya. Caranya adalah hanya dengan menumbuk buah pinang yang sudah tua. Tanaman pinang dapat hidup di seluruh wilayah Indonesia, namun karena pertumbuhan tanaman ini cukup lama maka tanaman ini mungkin akan susah untuk di temukan do sembarang tempat.
4. Kulit Pohon Soga
Mungkin Anda tidak begitu familiar dengan nama pohon ini. Namun tahukah Anda, ternyata kulit pohon soga sudah lama digunakan sebagai pewarnaan untuk industri batik tradisional. Ada tiga jenis pohon yang digunakan kulit kayunya sebagai pewarna alami kain, salah satunya adalah pohon soga itu sendiri.
5. Daun Suji
Jika Anda menginginkan warna hijau dari bahan alami untuk pewarnaan makanan atau tekstil, maka Anda bisa menggunakan daun suji. Daun ini cukup mudah ditemukan di tanag Indonesia dan merupakan jenis tanaman perdu. Anda hanya perlu menumbuk daun suji hingga halus dan kemudian diberi air lalu didiamkan selama semalam.
6. Kulit Manggis
Manggis memiliki buah yang manis rasanya jika sudah masak. Selain itu ekstrak dari kulit manggis mampu mengobati beragam penyakit. Karena itu banyak produsen obat tradisional yang mengolah kulit manggis untuk dijadikan kemasan obat herbal.
Selain itu, kulit manggis bisa dijadikan bahan pewarnaan kain dengan warna ungu, biru dan merah. Bubuk kulit manggis yang direndam menggunakan etanol lalu dikeringkan akan menghasilkan pewarna alami kain. Anda hanya perlu menumbuknya sampai halus untuk mendapatkan bubuk kulit manggis.
7. Kunyit
Kunyit biasa juga disebut denga kunir. Bahan yang mudah di dapatkan di dapur ini populer digunakan sebagai pewarna alami, baik untuk makanan dan juga kain seperti batik. Warna yang dihasilkan juga khas, yakni warna kuning terang.
Anda hanya perlu memarut kunyit dan merebus parutan tersebut. Kemudian diamkan sampai menjadi dingin. Endapan dari rendaman tersebut bisa dijadikan bubuk. Bubuk tadi kemudian bisa dipakai sebgai bahan pewarna pakaian alami.
Alternatif Pewarna Kain Alami Menggunakan Teh
Baru- baru ini ditemukan alternatif pewarna alami untuk tekstil yang mudah ditemukan, yakni pewarna alami dari bahan limbah teh. Limbah ampas teh banyak di temukan di Indonesia, terutama dari perusahaan yang bergerak dalam pengolahan daun teh seperti maklon teh herbal atau produsen teh kemasan.
Zat teaflavin yang terkandung dari teh ternyata bisa digunakan untuk pewarnaan kain. Warna yang dihasilkan adalah merah kecoklatan, mungkin seperti warna teh pada umumnya. Cara mendapatkan zat pewarna teh tersebut adalah dengan merebusnya dengan air hingga tersisa setengah dari air rebusan.
Air rebusan itulah yang nantinya dijadikan sebagai pewarna kain. Untuk kain tradisional semisal batik, cukup dicelupkan ke dalam air rebusan limbah teh tersebut. Cara ini biasa di lakukan untuk mewarnai kain batik baik dengan warna alami maupun dengan pewarna sintetis.
Proses selanjutnya ketika pewarnaan kain sudah dilakukan adalah dengan mengunci warna yang ada pada kain. Memang kelemahan dari pewarna alami adalah mudah pudar dan tidak bertahan lama. Karena itu kain yang sudah diberi pewarna dengan menggunakan teh harus di rendam dengan air tawas supaya warna alami teh tidak mudah luntur.
Kelebihan Pewarna Alami
Memang kelemahan menggunakan pewarna alami adalah kain akan mudah pudar warnanya jika di bandingkan dengan pewarna sintetis. Selain itu, menggunakan pewarna alami akan mengalami keterbatasan variasi warna. Sedangkan untuk pewarna sintetis tersedia bermacam warna yang bisa Anda pilih.
Namun meskipun pewarna alami memiliki kelemahan, ada kelebihan yang bisa di dapatkan ketika menggunakan pewarna alami. Kesan tradisional dari tekstil, seperti kain batik misalnya. Akan lebih terasa jika menggunakan pewarna alami. Selain itu karena pewarnaan menggunakan bahan alami, maka bahan tersebut aman untuk kulit Anda.
Yang lebih unik lagi adalah pada kain batik. Meskipun menggunakan pewarna alami, kain mudah bladus jika terkena sinar matahari seharian, dan warna kurang variatif namun harga kain batik model ini malah lebih mahal daripada kain batik yang menggunakan bahan sintetis dalam membuatnya.
Namun untuk memilih kain batik ini harus jeli, karena perbedaan antara kain batik yang di buat dengan cara tradisional dan dengan metode perpaduan antara cara tradisional dengan bahan sintetis sangat tipis. Semoga artikel ini memberikan pengetahuan bagi Anda. Terima kasih.